SWING!!

Posted by: Kapur Tulis / Category:

Oleh: Rahajeng K.H.















Pertunjukan teater oleh GSSTF (Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film) Universitas Padjadjaran, dalam rangakaian acara Gebrak Fikom, yang diselenggarakan oleh mahasiswa Manajemen Komunikasi 2008. SWING!! menceritakan tentang perjalanan 3 orang yaitu Pozzo, Didi, dan Gogo, yang akhirnya bertemu seseorang tak bernama, hingga akhirnya kemudian mereka bercakap-cakap. terselip mengenai cerita mengenai plagiarisme, seperti tema yang diusung oleh panitia Gebrak Fikom. Stevania selaku koordinator acar menampilkan GSSTF karena menurutnya, gerakan anti plagiarisme bukan hanya bisa dicapai melaui seminar-seminar, tetapi bisa juga dari seni, melaui seni teater salah satunya. Menurutnya plagiarisme tidak hanya ditemukan dalam dunia pendidikan, tetapi ada pula plagirisme yang dilakukan terhadap karya seni.


Baca selengkapnya »

ART CREATIVITY

Posted by: Kapur Tulis / Category:



Sabtu (5/6) , Lantai satu Braga city walk diramaikan oleh berbagai stand jajanan pernak-pernik tradisional Indonesia. Terdapat macam-macam stand yang menawarkan berbagai barang buatan dalam negri ang berbau etnik. Ini ada dalam rangka rentetan acara Art Creativity. Rentetan acara Art Creativity ini yaitu Exhibition Handycraft, Live Performance, dan Workshop.

Di stand ini ada pula pameran foto bertema potret Bandung dahulu. Disini diperlihatkan potret bangunan bersejarah di Bandung dahulu seperti gedung Asia Afrika, dan Braga dulu. Selain itu ada juga stand yang khusus menjual batik Yogyakarta, mulai dari baju, tas, hingga kain batik mentah.
Barang-barang kreasi lainnya puntersedia disini. Ada pula jajanan tradisional seperti kembang gula ang dijual dengan kisaran harga 500-1000 rupiah per satuannya. Barang buatan tangan pun beragam, ada lampion dengan kreasi batik, miniatur ang terbuat dari bambu, dan aksesoris yang terbuat dari bahan baku alami.

By : Aulia Laratika Rizal


Baca selengkapnya »

JAYAPRANA DALAM MULTI BAHASA

Posted by: Kapur Tulis / Category:

Sabtu (22/5), Aula Pusat Studi Bahasa Jepang diramaikan oleh pengunjung drama kolosal “Jayaprana”. Drama kolosal Indonesia ini ditampilkan oleh mahasiswa sastra Jepang dalam rangka pekan budaya dan bahasa Jepang. Daya tarik dari drama ini yaitu pada konsep multi bahasa yang disuguhkan. Jayaprana ditampilkan dengan narator yang berbahasa jepang dan dialog pemain dengan bahasa Jepang.
Drama yang sudah dipersiapkan sejak empat bulan kebelakang ini mengambil cerita dari Bali dengan tujuan untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia kepada pengunjung, mahasiswa khususnya. Di Jayaprana ini pengunjung disuguhkan dengan nilai dan budaya tradisional bali seperti budaya pernikahan, pamakaman, dan budaya hidup masa lampau ang hingga sekarang masi diberlakukan.
Selain bisa menambah pengetahuan budaya dan bahasa untuk mahasiswa, dengan drama ini juga dapat memperkenalkan budaya Indonesia kepada turis asing yang juga datang mengunjungi acara ini.

By : Aulia laratika Rizal


Baca selengkapnya »

PEKAN BUDAYA JEPANG, OBAKE

Posted by: Kapur Tulis / Category:




Sabtu (22/5), Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (Himade) Universitas Padjadjaran (Unpad) mengadakan Gelaran jepang. Gelar Jepang yang bertajuk Obake (Optimalkan Bakat dan kreatifitasanmu) ini diselenggarakan dalam rangka Pekan Budaya dan Bahasa Jepang. Obake Himade ini diselenggarakan selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama (22/3) acara lebih pada edukasi dan untuk hari kedua (23/5) lebih menonjolkan kreatifitas.

Hari pertama Obake merupakan bunkasai yang dibuka oleh penampilan tari tradisional Jepang, Shoran Boshi. Di hari pertama ini Lomba-lomba berbau edukasi diadakan seperti kana kontes, lomba pidato dan lomba pidato berbahasa Jepang. Selain itu ada juga Obake house (rumah hantu). Di Obake hause ini pengunjung dapat mengadu keberaniannya karena di rumah hantu ini pengunjung akan dikejutkan oleh mahasiswa yang berdandan seram. Pada siang harinnya Bunkasai diramaikan pula oleh penampilan drama oleh Himade berjudul “Jayaprana”. Drama yang ditampilkan merupakan drma kolosal Indonesia yang menonjolkan kebudayaan Bali, Namun drama dikemas dengan multi bahasa aitu Jepang – Indonesia, dimana narator akan membawakan cerita dalam bahasa Indonesia dan dialog pemain ditampilkan dalam bahasa Jepang.




Minggu (23/5), merupakan acara puncak yang menonjolkan pentas seni bertajuk matsuri. Dihari kedua ini konten acara ang ditawarkan lebih beragam. Terdapat macam-macam games, cosplay competition, para-para dance, band performance, dan pesta kembang api. Cosplay merupakan konten yang paling banyak diminati oleh pengunjung. Cosplay competition dibagi menjadi dua kategori, yaitu cosplay individual dan grup. Untuk cosplay individual dimulai pada pukul 09.30 pagi dan cosplay grup pada siang harinnya. Acara yang di gelar di depan gedung Dekanat Sastra ini ramai pengunjung. Namun pada siang harinya sedikit terkendala oleh hujan. Tapi ini tidak mematahkan semangat peserta, pengunjung, ataupun penampil untuk terus meramaikan acara Obake.
Acara juga dimeriahkan oleh berbagai band yang menyanyikan lagu-lagu Jepang. Beberapa band tamu yang tampil di acara ini adalah Kabuki Clash, Voice Of June, dan dari Jakarta, Visual Bandit. Puncak acara pada malam harina ditutup oleh penampilan permainan Taiko dan tari Bon Odori serta pesta kembang api.

By : Aulia Laratika Rizal


Baca selengkapnya »

Bunraku, Drama Boneka Jepang

Posted by: Kapur Tulis / Category:




Sama halnya dengan wayang golek yang pamornya mulai ditinggalkan kaum muda, kesenian bunraku di Jepang pun sedang berusaha keras agar tak hilang terlekang zaman. Bunraku adalah sandiwara boneka tradisional yang berasal dari Jepang. Bunraku pertama kali diperkenalkan di Osaka pada tahun 1684. Kesenian ini terkadang disebut juga dengan ningyo joururi ( boneka narasi). Ningo joururi biasanya dibawakan dengan cara dinyanikan dengan diiringi oleh alat musik shamisen.



Kesenian ningyo joururi tercipta pada awal zaman Edo. Pertunjukkan ini tercipta dari usaha keras Takemoto Gidau, seorang tayuu dengan naskah yang dibuat oleh Chikamatsu. Kepopuleran ningyo joururi pada zaman itu mampu mengalahkan kepopuleran kabuki, sehingga banyak pementasan kabuki yang menggunakan naskah ningyo joururi. Namun pada awal 19 keadaaan berbalik, sehingga pemimpin kelompok ningyo joururi, Uemura Bunraken I berupaya memutar otak untuk menghidupkan kembali kesenian ini dengan cara mendirikan sebuah gedung pertunjukkan khusus ningyo joururi. Nama gedung pertunjukan tersebut Bunraku-za (teater bunraku). Lokasi Bunraku-za terus berpindah-pindah dan sempat terbakar saat perang dunia ke II. Sekitar tahun 1948, perusahaan hiburan yang mengelola Bunraku-za, Shochiku berselisih dengan serikat pekerja bunraku. Kesenian bunraku pun mengalami kemunduran.
Masalah ini baru terselalesaikan pada tahun 1963. Nama Bunraku-za digantin menjadi Asahi-za, dan posisi Shochiku sebagai pelindung kesenian bunraku digantikan oleh organisasi nirlaba Bunraku Kyoukai yang diponsorin Perfektur Osaka, kota Osaka, Departemen pendidikan Jepang dan NHK. Selain itu, untuk mengatasi masalah regenerasi di dunia bunraku pada tahun 1973 diambillah kebijakan baru dimana masyarakat awam pun diperbolehkan untuk mempelajari kesenian ini, bahkan telah meluas pula hingga ke luar negeri seperti Eropa dan Amerika.

By: Aulia Laratika Rizal


Baca selengkapnya »

Bukan cuma ada wayang...

Posted by: Kapur Tulis / Category:

Oleh: Rahajeng K.H.


Boneka Khas Inggris


Topeng Leak dari Bali


Boneka Tali dari Amerika


Boneka Tiga Wanita dari India


Gundala-Gundala dari Karo, Sumatera Utara

Museum Wyang, Jakarta. 9 Juni 2010.


Baca selengkapnya »

WANTED POSSE

Posted by: Kapur Tulis / Category:

Oleh: Rahajeng K.H.

Hip Hop adalah Tarian yang membebaskan penarinya untuk berekpresi







Taman Budaya Tertutup, 5 Juni 2010.


Baca selengkapnya »

Museum Seni Rupa Dan Keramik

Posted by: Kapur Tulis / Category:



Selain mengunjungi museum wayang, saya juga mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik yang masih dalam satu wilayah dengan museum wayang, yaitu di Kota Tua, Jakarta.
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik dibangun pada tahun 1870 sebagai lembaga peradilan tertinggi Belanda, dan pada masa penjajahan Jepang bangunan ini digunakan sebagai asrama militer. Pada 20 Agustus 1976, barulah diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Di dalam gedung ini pula terdapat museum keramik yang diresmikan oleh Ali Sadikin pada 10 Juni 1977. Barulah pada 1990 museum ini menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum ini dibagi dalam beberapa bagian, bagian depan setelah pintu masuk adalah koleksi-koleksi keramik yang memiliki nilai sejarah, seperti keramik zaman Majapahit, serta keramik yang berasal dari luar negeri, seperti China. Adapula keramik local yang berasal dari industry daerah Palembang, Lampung, Jakarta, Malang Yogyakarta, dan daerah lainnya.
Setelah melewati koleksi keramik, maka kita akan melihat karya seni rupa berupa lukisan, patung, totem kayu, sketsa, dan batik lukis. Koleksi lukisan unggulan berasal dari buah tangan pelukis Indonesia, yaitu Affandi. Pelukis aliran kontemporer yang terkenal dengan karyanya “potret diri”. Adapula “Bupati Cianjur” karya Dullah, “pengantin revolusi” karya Hendra Gunawan.
Ditengah ruangan dapat kita lihat Totem Kayu tradisional yang berasal dari Bali karya I Wayan Tjokot dan keluarga besarnya.
Dalam sejarah, seni rupa Indonesia yang dari awal bersifat ketimuran, bercampur dengan budaya Negara Asia lain. Seniman Indonesia pada masa ini bekerja secara kolektif, dan karyanya bersifat anonym. Kemudian ketika muncul budaya Hindu Jawa dan Hindu Bali, munculah ide untuk membangun candi, sehingga seni rupa saat itu bersifat religius-sosialistis.
Sama halnya dengan museum wayang, dari sekitar 500 karya seni yang dimiliki, tidak semua ditampilkan bersamaan. Adakalanya lukisan-lukisan dan patung tersebut diganti, agar pengunjung tidak bosan.


Baca selengkapnya »

Pengemis...

Posted by: Kapur Tulis / Category:

oleh: Rahajeng K.H

Cat minyak di atas kanvas / Oil on canvas, 99 x 129 cm, Inv. 678/SL/C


Pengemis (1974)
"Kita bicara tentang Perikemanusiaan, lalu bagaimana tentang Perikebinatangan?”
“Kenapa Anda melukis?”
''Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan.''

Dari 2000 karya milik Affandi, pelukis beraliran ekspresionis, salah satu karyanya yang paling saya sukai, yaitu Pengemis. Saya bukan orang yang bisa memahami dan menilai sebuah lukisan, tetapi cerita dibalik lukisan itulah yang menarik perhatian.



Kalau hanya melihat sekilas, maka yang paling menonjol dari lukisan ini adalah goresan-goresan warnanya yang indah. Tetapi, sebenarnya dalam guratan warna tersebuta terlihat sesosok tubuh tua renta pengemis yang sedang menunggu, orang-orang yang memiliki rasa belas kasihan memberikan sedekah padanya. Suasana yang paling menonjol dari lukisan Pengemis adalah keadaan sekeliling yang suram dan penderitaan. Warna cokelat hitam serta campuran warna hijau dan kuning sebagai latar belakang, semakin memperlihatkan suasana muram. Dibalik kemuraman didalamnya ada hal lain yang ingin diperlihatkan, yaitu vitalitas hidup yang kuat, yang dapat dilihat melalui goresan-goresan yang menggambarkan gerakan beberapa figur lain. Tekstur lukisan yang kasar semakin membangun ekspresi yang ada didalamnya.
Affandi memilih sosok pengemis, karena Ia memiliki empati yang besar terhadap kehidupan rakyat miskin. Melalui lukisan ini kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan dapat terlihat.

sumber
http://www.galeri-nasional.or.id/Koleksi.php?subaction=showfull&id=1173960460&archive=&start_from=&ucat=12&
http://www.affandi.org/in/data/biografi.html


Baca selengkapnya »

Wayang, Kekayaan Indonesia dan Dunia

Posted by: Kapur Tulis / Category:

Oleh: Rahajeng K.H.

Daya tarik Indonesia bukan hanya dari sisi alamnya yang indah, tetapi juga keseniannya. Salah satu kesenian Indonesia yang terkenal hingga ke penjuru dunia adalah wayang.
Pada Rabu 9 juni 2010, saya berkesempatan mampir ke Museum Wayang yang berada di kawasan Kota Tua, Jakarta.
Awalnya Museum Wayang adalah sebuah gereja yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, yang hancur akibat gempa bumi pada tahun 1808. Diatas reruntuhan inilah Museum Wayang dibangun, tetapi ada beberapa bagian gereja yang masih tetap dipertahankan. Museum ini diresmikan pada 13 agustus 1975.
Ketika memasuki Museum Wayang, kita langsung bisa melihat deretan koleksi wayang golek khas Jawa Barat, dan ada beberapa tokoh wayang golek dibuat versi besarnya, seperti Hanoman dan Bima.
Hanoman disebut juga kera putih, merupakan anak dari Dewi Anjani dan Batara Bayu. Hanoman memiliki sikap dan kepribadian yang sangat menonjol, sopan santun, rendah diri, tangguh, sakti mandraguna, dan dianugrahi usia yang sangat panjang, Ia juga merupakan pahlawan perang yang sangat ulung. Wayang Hanoman ini dibuat pada tahun 2009.
Wayang golek yang dibuat versi besar selanjutnya adalah Bima, salah satu yang termasyur dari Pandawa Lima, ayah dari Gatot Kaca. Bima merupakan pahlawan yang gagah perkasa, dan memiliki kuku Pancanaka yang sangat tajam. Ia merupakan anak kedua dari Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Kunti.
Selain wayang Hanoman dan Bima terdapat pula wayang golek Gatot Kaca, Kumbakarna, dan Lampu Blencong yang berasal Dari Cirebon, Jawa Barat. Lampu ini biasa digunakan untuk menerangi pertunjukan wayang kulit pada malam hari.
Melangkah lebih jauh kedalam museum, kita dapat melihat sisa dari gereja tua, dan diorama berbentuk wayang yang menceritakan perjuangan rakyat Indonesia melawan Belanda.
Berbagai jenis wayang dari berbagai daerah tersimpan di sini, seperti Gundala-Gundala yang berasal dari Karo, Sumatera utara, yang memiliki fungsi sama seperti ondel-ondel di Jakarta, yakni memebuat suasana menjadi lebih meriah dan ceria. Adapula wayang Unyil dan tokoh lainnya.
Berjalan menaiki lantai dua, dapat ditemukan lukisan kaca karya Ki Entus yang menceritakan perang Baratayudha, juga ada beberapa lukisan kaca yang lainnya.
Di ruang lainnya kita bisa melihat koleksi wayang kulit, seperti Pandawa Lima yaitu, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa yang sedang berhadapan dengan keluarga Kurawa, musuhnya.
Tidak hanya Pandawa Lima, wayang kulit yang ada di sini juga ada yang berasal dari Malaysia, Kamboja, dan Suriname. Serta berbagai macam boneka yang menjadi khas di Negara tetangga seperti Amerika, Perancis, Rusia, India, dan Inggris.
Yang menjadi koleksi Museum Wayang selain wayang golek, wayang kulit, dan boneka. Ada pula sederetan topeng yang masih menggambarkan tokoh-tokoh pewangan yang berasal dari seluruh Indonesia, serta alat musik Gambang Kromong yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang.
Dari sekitar 5000 koleksi wayang dan topeng yang dimiliki, tidak semua koleksi ditampilkan bersamaan, melainkan bergantian. Ada kalanya koleksi-koleksi tersebut diganti agar pengunjung tidak bosan, selain itu juga untuk menjaga kualitas wayang yang rentan. Adapula yang tidak pernah diganti karena hanya ada satu, seperti wayang golek Panakawan, yang terdiri dari Semar, Cepot (Dwilingga), Dawala, dan Gareng. Panakawan terkenal sebagai pengikut atau kawan setia yang mengikuti para ksatria menuju kebenaran dan kebaikan dalam cerita Ramayana dan Mahabarata.


Baca selengkapnya »

Berekspresi Melalui Hip-Hop

Posted by: Kapur Tulis / Category:



oleh: Rahajeng K.H.


Tarian hip hop lahir dari pencampuran antara berbagai jenis dan gaya, sumber yang bisa menginspirasi tarian hip hop bisa berasal dari mana saja. Hip hop membebaskan penarinya untuk melakukan eksperimen dalam tariannya.
Melalui tariannya, kelompok Hip Hop Wanted Posse berhasil membius penonton yang memenuhi Taman Budaya Tertutup , Dago, pada Sabtu 5 Juni 2010. Penonton yang memenuhi ruangan, terpesona dengan gerakan-gerakan yang dibawakan penari hip hop asal Perancis tersebut. Gerakan-gerakan yang diciptakan oleh Wanted Posse sendiri disebut sebagai new style, karena tari hip hop merupakan bagian dari ekspresi diri seseorang.
Malam itu tema yang dibawakan oleh Wanted Posse adalah TRANSE, yang bercerita tentang suatu bangsa yang terkadang tidak dipahami dan seringkali diperlakukan dengan semena-mena, kemudian timbulah pikiran untuk meloloskan diri secara fisik maupun spiritual. Kemudian tercipta strategi-strategi yang memungkinkan mereka berjuang dan bertahan berjuang. Selain itu menurut Mahame, salah satu penari Wanted Posse, TRANSE juga menceritakan begaimana gerakan yang dibawakan ibarat mereka adalah orang yang sedang kesurupan dan bisa menari dan berekspresi dengan bebas, tanpa ada beban. Penonton pun diajak merasakan kekayaan emosi dan teknik dalam tarian mereka hingga tidak perlu menjadi pencinta hip hop untuk memberikan applause yang meriah pada akhir tarian.
Penampilan wanted posse adalah salaah satu dari rangkaian acara yang diadakan oleh CCF (Centre Culture Francais) yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Sastra Perancis Universitas Padjadjaran. Tujuan dari acara ini adalah memperkenalkan kebudayaan Perancis kepada masyarakat Indonesia. Acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh CCF bertepatan dengan musim semi di Perancis. Menurut Severine Clair, Humas CCF orang-orang Perancis selalu menyukai musim semi, karena pada musim itulah bunga-bunga bermekaran dan orang-orang kembali bersemangat.


Baca selengkapnya »